Kamis, 17 Maret 2016

Pengertian ta'alluq shuluhi qadim, tanjizi qadim dan tanjizi hadits

Di dalam tauhid ada istilah yang di sebut dengan ta'luq shuluhi qadim, tanjizi qadim dan tanjizi hadis... Apa arti tiap2 istilah tersebut dan apa perbedaannya tgk

Jawaban dengan merujuk kepada kitab-kitab akidah seperti kifayatul awam, karya  Syaikh Muhammad al-Fazhaali :

Istilah-istilah ini merupakan istilah-istilah yang digunakan dalam kajian sifat dua puluh yang wajib bagi Allah Ta’ala. Adapun pengertiannya adalah sebagi berikut :
1.      Ta’alluq secara bahasa berarti hubungan, kalau dikatakan Allah menciptakan alam dari tiada kepada ada, maka itu artinya antara qudrah Allah dan alam ada ta’alluq (hubungan), yaitu hubungan penciptaan : Allah dengan sifat qudrahnya sebagai pencipta dan alam sebagai ciptaan.
2.      Sedangkan shuluhi qadim (shuluhi secara bahasa bermakna patut) berarti Allah patut pada azali mengadakan atau meniadakan sesuatu, meskipun belum wujud sesuatu yang diadakan atau ditiadakan pada kenyataannya. Contohnya si umar sebelum dijadikan Allah pada alam kenyataan, maka si Umar itu pada azali patut dijadikan atau tidak dijadikan Allah. Ta’alluq ini sifatnya qadim, karena masih pada azali belum wujud pada kenyataan yang bersifat dengan waktu dan tempat (baharu). Ini shuluhi qadim pada sifat qudrah Allah Ta’ala. Adapun shuluhi qadim pada sifat iradah Allah Ta’ala berarti Allah Ta’ala pada azali patut menentukan sesuatu dengan mengadakan atau meniadakannya, memendekkan atau memanjangkan atau keadaan lain-lainnya.
3.      Tanjizi qadim bermakna terjadi pada kenyataannya dan keadaannya adalah qadim, seperti Allah menentukan sesuatu dengan mengadakan atau meniadakan atau menentukan sesuatu dengan keadaan pendek atau panjang dan lain-lain. Disebut dengan tanjizi karena ta’alluqnya berlaku pada kenyataan (tidak bersifat patut lagi) dan disebut qadim, karena penentuan sesuatu ada, tidak ada atau panjang dan lain-lain adalah sudah ada pada azali yang sifatnya qadim. Tanjizi qadim ini tidak ada pada qudrah Allah Ta’ala.
4.      Tanjizi hadits pada qudrah bermakna Allah Ta’ala menciptakan sesuatu atau meniadakannya dengan qudrahnya pada waktu dan tempat tertentu. Penciptaan atau meniadakan sesuatu itu adalah baharu, karena bersifat dengan waktu atau tempat, misalnya Allah menciptakan si Umar pada hari senin yang lahir di Indonesia. Tanjizi hadits ini didahului oleh shuluhi qadim pada qudrah Allah Ta’ala. Berdasarkan ini, maka sifat menciptakan, mematikan (sifat-sifat af’al) adalah baharu, tidak qadim, karena itu sifat menciptakan atau mematikan (sebagai contoh) adalah sifat baharu bagi Allah Ta’ala dan karenanya tidak berdiri pada zat Allah yang qadim. Yang qadim yang berdiri pada zat Allah Ta’ala adalah sifat qudrah.
5.      Wassalam, mudah2an bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar