Selasa, 20 November 2012

Bentuk-bentuk kelemahan skripsi


Sehubungan tugas pengajaran di PT tempat bekerja, penulis memiliki banyak kesempatan untuk menilai hasil pekerjaan mahasiswa berupa karya ilmiah, baik berupa tugas mingguan, bulanan, tugas akhir semester maupun skripsi mahasiswa. Mengamati tugas-tugas makalah yang dibebankan kepada mahasiswa, memang diakui ada beberapa di antara mereka yang mengerjakan dengan serius dan hasilnya lumayan bermutu.
Tetapi sayangnya, sebagai besar dari makalah-makalah itu terkesan ditulis secara asal-asalan dan akhirnya bermutu rendah. Kita sebenarnya bisa saja memahami mengapa sebagian besar karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa dikerjakan tidak secara baik dan serius. Jawabannya mungkin, karena desakan waktu dan mereka harus menyelesaikan banyak tugas dari beberapa mata kuliah sekaligus. Atau, kurang pahamnya mahasiswa akan topik yang diberikan dosen, kurangnya literatur pendukung yang tersedia di perpustakaan serta juga karena ada faktor-faktor lain.
          Rasanya lebih adil kalau kita hanya membatasi pengamatan terhadap karya ilmiah berupa skripsi saja, tugas akhir syarat menyandang sarjana. Karena sudah disiapkan secara matang dengan ketersediaan waktu yang mencukupi. Tulisan ini bermaksud untuk memaparkan bentuk-bentuk kelemahan/kesalahan yang lazim dijumpai – berdasarkan pengalaman penulis - dalam penulisan skripsi atau tugas akhir. Kelemahan disini yang disorot hanya masalah pokok teknis penulisan.
Bentuk-bentuk kelemahan dan kesalahan yang sering muncul tersebut adalah sbb :
  • Penggunaan kalimat aktif yang berlebihan. Bahasa ilmiah sebaiknya menggunakaan lebih banyak kalimat pasif. Sebagai contoh kalimat “Penulis melakukan penelitian ini dalam rangka…dst”, mungkin lebih baik kalau diganti menjadi “Penelitian ini dilakukan dalam rangka….dst”.
  • Struktur kalimat yang tidak logis. Secara teori bahasa, sebuah kalimat tentu saja jelas mana subjek, predikat, objek, atau juga mana keterangan, dan seterusnya.
  • Kalimat terlalu panjang. Yang membuat bingung itu sebenarnya bukan kalimatnya yang panjang, melainkan tidak jelas lagi bagaimana struktur kalimat yang baku. Banyak anak kalimat (frase) yang justru bukan sebagai penjelasan dari kata sebelumnya yang diacu melainkan anak kalimat (frase) yang sama sekali tak ada hubungan dengan kata-kata sebelumnya. Untuk itu sebaiknya hindari saja penggunaan kalimat yang panjang-panjang, karena pada kenyataannya sering terkesan “bertele-tele”.
  • Mencampuradukkan penggunaan “di” sebagai awalan (pasif) dan sebagai preposisi.  Bila sebagai awalan ditulis gabung, sementara di sebagai preposisi (keterangan tempat) ditulis pisah. 
  • Penggunaan kata miring (italic), underline, bold, tanda koma(,), tanda petik (“ “), yang tidak pada tempatnya. Sebagai contoh : istilah dan konsep dari bahasa asing atau lokal (dialek) sebaiknya menggunakan kata miring bukannya tanda petik.
  • Tidak konsisten dalam menggunakan gaya (mode, style) karya ilmiah, misal gaya kutipan, pengunaan footnote dan endnote, dan rujukan serta daftar pustaka. Bila kita sudah memilih sebuah “style” tentu saja secara konsiten menggunakannya terus sampai tahap akhir (selesai). Setiap jurusan, fakultas atau universitas biasanya sudah memiliki buku pedoman baku yang mencakup “style” penulisan karya ilmiah.
  • Masuknya kalimat gaya bertutur dalam bahasa tulisan. Gaya kalimat bertutur ini kebanyakan sebagai akibat (pengaruh) dari bahasa ibu yang digunakan sehari-hari. Sebagai contoh, karena si mahasiswa berasal dari Padang, bahasa penulisannya kental dengan “gaya ke-Minang-an”. Sebenarnya hal ini bisa dihindari kalau kita mau membaca ulang naskah tersebut secara teliti. Atau bisa juga, anda minta tolong membaca naskah oleh teman yang berasal dari etnik yang berbeda, biasa mereka akan gampang menemukan kalimat-kalimat yang membuat “bingung” pembaca.
  • Banyaknya dijumpai kesalahan ketik. Kesalahan kecil seperti ini tidak lagi bisa ditolerir oleh kebanyakan dosen pembimbing, karena saat kini sudah banyak program komputer yang bisa membantu.
Dengan sudah mengetahui sejumlah kelemahan di atas, diharapkan kesalahan yang sama tidak terulang untuk masa datang, terutama bagi Anda yang akan atau sedang menulis karya ilmiah, terutama skripsi. Untuk itu penulis ingin memberikan saran-saran sebagai berikut :
  • Pada saat anda mulai mengajukan proposal usulan penelitian atau menulis laporan, pastikan anda sudah memiliki dan membaca buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan fakultas atau universitas.
  • Ketika menulis sebaiknya Anda memiliki buku saku “Pedoman EYD”.
  • Pada saat menulis, pastikan disamping anda tersedia selalu kamus bidang studi Anda.
  • Bila menemukan kata yang diragukan (arti, ejaan, padanan), sebaiknya langsung buka buku kamus KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) terbitan Diknas dan Balai Pustaka.
Semoga saja tulisan pendek ini bisa membantu Anda yang sedang menggarap skripsi, atau bagi siapapun yang membacanya. Sekali lagi ini hanya membahas kelemahan skripsi dari aspek penulisan, semoga nanti penulis berkesempatan untuk membahasa kelemahan skripsi dari sudut pandang teoritis atau aspek metodologis. Demikian saja. Good luck!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar